Following My Youtube Chanel Subscribe Now!

Kiai 1#



Sebagaimana biasa. Di pagi yang cerah. Santri-santri datang satu-persatu menuju arah barat desa Sidogiri, untuk pergi mengaji kepada kiai. Sekilas hal ini tidak ada yang istimewa. Tidak ada keramaian, tidak ada kemeriahan, dan tidak ada kelebihan yang terjadi. Semuanya berjalan biasa-biasa.
Sebelum acara inti dimulai. Di musalla banyak pembicaraan, halakah, diskusi, zikir, belajar, hingga pembicaran yang tidak pantas dibicarakan di majlis yang mulia itu menjadi pembicaraan. Semuanya khusuk dengan kegiatannya masing-masing.
Beberapa saat kemudian ada seorang khadam berjalan dengan membawa kitab yang sudah lusuh menuju kamar yang ada di bagian utara musalla. Menaruh kitab kiai. Santri-santri masih asik dengan kegiatannya.
“Dalam kitab …” kata salah seorang santri dalam halakah. Ramai, seru, dan menegangkan. Kegiatan halakah yang ada di musalla.
“Aku tadi …” kata salah seorang santri yang duduk menghadap kiblat, masjid. Lucu, aneh, dan tidak masuk akal. Cerita salah seorang santri kepada santri lain yang tidak mengikuti halakah.
Yâ ayyuhan-Nâs …” suara salah satu santri yang sedang mengaji di pesarean Sidogiri. Ia lebih memilih menunggu kiai dengan mengaji. Ada juga sebagian santri yang menunggu kiai sambil mengaji al-Quran di masjid atau musalla.
Banyak cara yang dilakukan santri untuk menunggu dimulainya pengajian.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Semua santri berdiri menghormat atas rawuhnya kiai. Dengan surban di pundak dan songkok putih, tanpa surban di kepala, sang kiai berjalan menuju musalla. Mulang santri. Dengan suara berat beliau memulai ngaji hingga selesai.
Dari musalla inilah muncul orang-orang hebat yang menyalurkan ilmu kiai hingga ke pelosok desa. Dari musalla ini juga muncul orang-orang berpengaruh yang mewakili suara Sidogiri. Sidogiri harum melalui santrinya. Ada juga yang menebarkan aroma tidak sedap ketika telah boyong, berhenti mondok. Itu pastinya tergantung bagaimana ia ketika masih nyantri. Apa saja yang telah dikerjakan?
Semuanya serba sederhana dan sama, namun buahnya berbeda. Bagaimana Anda merawat pohon yang ada di pesantren. Semakin rajin Anda mengaji di musalla semakin segar dan sehat tanaman Anda. Semakin pagi Anda berangkat ke musalla, semakin tinggi dan ranum tanaman Anda. Semakin dekat Anda dengan kiai ketika mengaji, semakin manis dan lezat buah yang Anda rasakan.
Pastinya, ketika kiai (lebih) sering melihat Anda mengaji, semakin sering pula kiai ingat kepada Anda, yang kemudian beliau mendoakan Anda menjadi orang yang bermanfaat. Allâhumma Il’alnâ minhu.

Post a Comment

© Operator Santri. All rights reserved. Premium By Tech Bangla Info